Sabtu, 29 Mei 2010

Anak berkebutuhan khusus

Meski anak-anak down syndrome memiliki keterbatasan, mereka tetap mampu berprestasi. Karena itu, anak-anak down syndrome perlu perhatian, didampingi, dan jangan disisihkan.

“Semua anak haruslah dianggap sama. Janganlah mereka disisihkan. Sebaiknya mereka pun dibekali keterampilan,” kata Ny Mufidah Jusuf Kalla saat hadir pada acara wisuda lulusan SD, SMP, dan alumni Sekolah Luar Biasa (SLB) Dian Grahita, Jakarta, Senin (6/8).

Menurut suster Joanni, Kepala SLB Dian Grahita, wisuda ini sangat berarti bagi anak-anak down syndrome. “Inilah bukti cinta orangtua dan sekolah kepada anak-anak kami. Mudah- mudahan ini titik awal. Saatnya masyarakat menerima dan mencintai anak-anak kami,” katanya.

Down syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom yang ke-21. Manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua), melainkan tiga kromosom (trisomi). Dengan kata lain, down syndrome adalah gangguan genetik.

Pada wisuda hari Senin lalu, ada 30 anak yang diwisuda. Tujuh anak adalah lulusan SD, 11 lulusan SMP, dan 12 anak adalah alumnus SLB Dian Grahita. Mengenakan jubah dan toga berwarna ungu, mereka sangat antusias mengikuti acara wisuda yang dimeriahkan tari-tarian dari rekan-rekan mereka.

Menurut Ketua Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) Aryanti Rosihan Yacub, setelah tamat sekolah, anak-anak pada umumnya akan mengejar masa depan. Akan tetapi, para orangtua anak-anak down syndrome justru mengalami ketakutan bagaimana masa depan anak-anak mereka karena keterbatasannya.

“Karena itu ada ISDI, agar kehidupan mereka berguna dan berarti. Ada banyak rintangan dan cucuran air mata. Asuransi kesehatan pun menolak mereka karena takut rugi. Tetapi, dengan keterbatasan mereka, anak-anak ini sebetulnya juga dapat berprestasi mengangkat nama bangsa dan negara di dunia internasional,” kata Aryanti.

Kimberly, yang baru saja lulus SD (biasa dipanggil Kim Kim) pada SLB Dian Grahita, misalnya. Walaupun untuk berjalan saja Kim Kim mengalami kesulitan, tetapi begitu “nyemplung” ke kolam renang, ia bak ikat pesut yang bergerak cepat.

Michael Rosihan Yacub, yang lulus SMP, telah berpraktik kerja di British International School. Ia pun mampu mandiri. Robby Eko Raharja yang juga lulus SMP, selain lincah memainkan keyboard juga menang terus dalam acara-acara pekan olahraga.

Alumni SLB Dian Grahita, seperti Adrian Raharja, pun pernah menjadi juara I renang Porcaba 2005, mendapatkan medali perak Bocce di Taipei (Taiwan), juara I Bocce Porcaba 2007.

Tak semua anak down syndrome menyusahkan keluarganya. Seperti Marisa (16), siswa SMA Triasih di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Ia bisa mandiri dan sangat senang menari.

Betapa pun anak-anak, down syndrome ada di sekeliling kita. Adalah kewajiban kita untuk membekali mereka dengan keterampilan guna menghadapi masa depan…. (LOK)

Sumber:http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0708/08/humaniora/3749099.htm, Rabu, 08 Agustus 2007

Anak berkebutuhan khusus

Meski anak-anak down syndrome memiliki keterbatasan, mereka tetap mampu berprestasi. Karena itu, anak-anak down syndrome perlu perhatian, didampingi, dan jangan disisihkan.

“Semua anak haruslah dianggap sama. Janganlah mereka disisihkan. Sebaiknya mereka pun dibekali keterampilan,” kata Ny Mufidah Jusuf Kalla saat hadir pada acara wisuda lulusan SD, SMP, dan alumni Sekolah Luar Biasa (SLB) Dian Grahita, Jakarta, Senin (6/8).

Menurut suster Joanni, Kepala SLB Dian Grahita, wisuda ini sangat berarti bagi anak-anak down syndrome. “Inilah bukti cinta orangtua dan sekolah kepada anak-anak kami. Mudah- mudahan ini titik awal. Saatnya masyarakat menerima dan mencintai anak-anak kami,” katanya.

Down syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom yang ke-21. Manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua), melainkan tiga kromosom (trisomi). Dengan kata lain, down syndrome adalah gangguan genetik.

Pada wisuda hari Senin lalu, ada 30 anak yang diwisuda. Tujuh anak adalah lulusan SD, 11 lulusan SMP, dan 12 anak adalah alumnus SLB Dian Grahita. Mengenakan jubah dan toga berwarna ungu, mereka sangat antusias mengikuti acara wisuda yang dimeriahkan tari-tarian dari rekan-rekan mereka.

Menurut Ketua Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) Aryanti Rosihan Yacub, setelah tamat sekolah, anak-anak pada umumnya akan mengejar masa depan. Akan tetapi, para orangtua anak-anak down syndrome justru mengalami ketakutan bagaimana masa depan anak-anak mereka karena keterbatasannya.

“Karena itu ada ISDI, agar kehidupan mereka berguna dan berarti. Ada banyak rintangan dan cucuran air mata. Asuransi kesehatan pun menolak mereka karena takut rugi. Tetapi, dengan keterbatasan mereka, anak-anak ini sebetulnya juga dapat berprestasi mengangkat nama bangsa dan negara di dunia internasional,” kata Aryanti.

Kimberly, yang baru saja lulus SD (biasa dipanggil Kim Kim) pada SLB Dian Grahita, misalnya. Walaupun untuk berjalan saja Kim Kim mengalami kesulitan, tetapi begitu “nyemplung” ke kolam renang, ia bak ikat pesut yang bergerak cepat.

Michael Rosihan Yacub, yang lulus SMP, telah berpraktik kerja di British International School. Ia pun mampu mandiri. Robby Eko Raharja yang juga lulus SMP, selain lincah memainkan keyboard juga menang terus dalam acara-acara pekan olahraga.

Alumni SLB Dian Grahita, seperti Adrian Raharja, pun pernah menjadi juara I renang Porcaba 2005, mendapatkan medali perak Bocce di Taipei (Taiwan), juara I Bocce Porcaba 2007.

Tak semua anak down syndrome menyusahkan keluarganya. Seperti Marisa (16), siswa SMA Triasih di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Ia bisa mandiri dan sangat senang menari.

Betapa pun anak-anak, down syndrome ada di sekeliling kita. Adalah kewajiban kita untuk membekali mereka dengan keterampilan guna menghadapi masa depan…. (LOK)

Sumber:http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0708/08/humaniora/3749099.htm, Rabu, 08 Agustus 2007

Exceptional Students Part.3

2) Kesulitan belajar kognitif
Pengertian kognitif mencakup berbagai aspek structural intelek yang diprgunakan untuk mengetahui sesuatu. Dengan demikian kognitif merupakan fungsi mental yang mencakup persepsi, pikiran, simbolisasi, penalaran dan pemcahan masalah, perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat dari kemampuan anak dalama penggunaan bahasa dan penyelesaian soal-soal matematika. Mengingat besarnya peran fungsi kognitif dalam penyelesaian ditangani sejak anak masih berda pada usia prasekolah.
3) Gangguan perkembangan bahasa
Disfasia adalah ketidakmampuan atau keterbatasan kemmpuan anak untuk menggunakan simbol linguistik dalam rangka berkomunikasi sear vrbal. Gangguan pada anak yang terjadi pada fase perkembangan ktika anak belajar bebicara disebut sebagai disfasia perkembangan (develompment dysphasia). Bicara adalah bahasa verbal yang memiliki komponen artikulasi, suara dan kelanaran, ekspresi bahasa bicara (ujaran) mencakup enam komponen, yaitu : fonem, morfem, sintaksis, semantic, prosodi (itosasi) dan pragmatik. Kesulitan belajar bicara seyogyanya telah diketahui dan diperbaiki sejak anak berada pada usia prasekolah karena berpengaruh terhadap prestasi akademik sekolah. Defisia ada dua jenis : yaitu defisia reseptif dan defisia eksprsif. Pada defisia reseptif anak mengalami gangguan pemahaman dalam penerimaan bahasa. Anak dapat mendengar kata-kata yang diucapkan, tetapi tidak mengerti apa yang diengar karena menglami gangguan dalam memproses stimulus yang masuk. Pada defisia eksprsi anak tidak mengalami didapat gangguan pemahaman bahasa, tetapi ia sulit mengekspresikan kata secara verbal. Anak dengan gangguan perkembangan bahasa akan berdampak pada kemampuan membaca dan menulis.
4) Kesulitan dalam penyesuaian perilaku social
Pada anak yang periakunya tidak diterima oleh lingkungan sosialnya, baik oleh seama anak, guru, maupun orang tua. Ia ditolak oleh lingkungan sosialnya karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan atau berbagai perilaku neatif lainnya. Jika kesulitan penyesuaian perilaku social ini tidak secepatnya ditaangani maka tidak hanya menimbulkan kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan.

Sumber: www.scribd.com/doc

Exceptional Students Part.2

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Dikbud (1996/1997) diketahui bahwa kesulitan belajar yang dialami anak pada umumnya tidak hanya satu jenis saja. Hal in dapat dijelaskan karena jika anak mengalami kesulitan belajar pada salah satu dari kemampuan akademik utama, yait membaca, menulis atau berhitung dan kesulitan tersebut tidak segera diatasi, maka anak tersebut akan mengalami kesulitan dalam bidang yang lain karena ketiga kemampuan tersebtu merupakan kemampuan utama untuk dapat mempelajari pengetahuan yang lain. Baik anak berkesulitan belajar, lamban belajar, hambatan-hambatan maupun tunagrahita, semuanya mengalami masalah belajar.

Umumnya prestasi belaja anak tersebut rendah. Anak yang mempunyai prestasi belajar rendah utuk semua atau hampir semua mata pelajaran disebut sebagai berkesulitan belajar umum. Jadi anak berkesulitan belajar umum ditandai dengan prestasi belajar yang rendah untuk semua/hampir semua mata pelajaran. Mengenai anak berkesulitan belajar spesifik (spesific learning disability), juga dapat dibagi menjadi dua jenis, ialah kesulitan belajar praakademik dan kesulitan belajar akademik.

1. Kesulitan Belajar Praakademik
Kesulitan belajar praakademik sering disebut juga sebagai kesulitan belajar developmental. Ada tiga jenis anak dengan kesulitan belajar developmental, Gangguan Motorik dan persepsi Gangguan motorik disebut dispraksia, mencakup gangguan pada motorik kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus. Gangguan persepsi mencakup persepsi penglihatan atau persepsi visual. Persepsi pendengaran atau persepsi auditorik, presepsi heptik (raba dan gerak atau taktil dan kinestik), dan intelegensi system persepsual. Jenis gangguan ini perlu penanganan secara sistematis karena pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif yang pada gilirannya juga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar akademik. Dispraksia atau sering disebut clumsy adalah keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam intelegensi auditor-motor. Anak tida mampu melaksanakan gerakan bagian dari tubuh dengan benar walaupun tidak ada kelumpuhan anggota tubuh, manifestasinya dapat berupa disfasia verbal (bicara) da non verbal (menulis, bahasa isyarat dan panomim).

Ada beberapa jenis dispraksia, yaitu :
1. Dispraksia ideomotoris
2. Dispraksia ideosional
3. Dispraksia konstruksinal
4. Dispraksia oral
a) Dispraksia ideomotoris ditandai kurangnya kemampuan dalam melakukan gerakan praktis sederhana, seperti menggunting, menggosok gigi atau menggunakan sendok makan. Gerakannya terkesan canggung dan kurang luwes. Dispraksia ini sering merupakan kendala bagi perkembagan bicara.
b) Dispraksia ideosional : anak dapat melakukan gerakan kompleks tetapi tidak mampu menyelesaikan secara keseluruhan terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak tenang. Kesulitannya erletak pada urutan gerakan, anak sering bingung mengawali suatu aktivitas, misalna mengikuti irama musik.
c) Dispraksia konstruksinal : anak mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan kompleks yag berkaitan dengan bentuk, seperti menyusun balok dan menggambar. Kondisi ini dapat mempengaruhi gangguan menulis (disgrafia). Hal ini disebabkan dengna kebutuhan khususan

Sumber: www.scribd.com/doc

Exceptional Students Part.1

Anak berkesulitan belajar dapat dikelompokan menjadi empat jenis :
(1). Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi hasil belajarnya rendah karena factor eksternal. Disebut sebagai anak yang mengalami hambatan belajar
(2) anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi mengalami kesulitan dalam bidang akademik tertentu (mislanya membaca, menulis, berhitung) tidak seluruh mata pelajaran, diduga karena factor neurologis, disebut sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik atau spesific learning disability
(3) anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQ nya sedikit di bawah rata-rata disebut anak yang lamban belajar atua slow learner
(4) anak yang prestasi belajarnya rendah disertai adanya hambatan-hambatan kmunikasi dan social, sedangkan IQ nya jauh di bawah rata-rata disebut sebagai retardasi mental atau tunagrahita.

Pengelompokan ini penting karena pada umumnya secara pendidikan kadang-kadang mereka memiliki gejala yang sama, ialah sama-sama mengalami kesulitan belajar atau problema dalam belajar. Jika kita dapat menganalisis dan mencari sumber penyebab seta dapat mengelompokkan secara tepat, maka kita dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. . Di Indonesia belum ada definisi yang baku mengenai berkesulitan belajar dan klasifikasi seperti yang dijelaskan di atas. Meskipn demikian dala penerapan di lapangan Balitbang Dikbud (1997) merumuskan anak berkesulitan belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lian sehingga prestasi belajanya rendah dan anak-anak tersebut berisiko tinggi tinggal kelas” Anak berkesulitan belajar memungkinkan juga mengalami gangguan fisik, social dan mental yang ringan sehingga cukup mengganggu mereka dalam menangka[ pelajaran jika dibandingkan dengan yang tidak mengalami kelainan. Tetapi anak berkesulitan belajra sumber utama penyebabnya dalah bukan karena IQ yang rendah atau keterbelakangan intelektual, kecatatan fisik yang lain, ekonomi dan social, melainkan semata-mata karena terkait dengan disfungsi neurologis. Anak yang mengalai ganggung penglihatan jauh akan mengalami kesulitan jika ditempatkan di tempat duduk palign belakang, demikian juga dengan anak yang mengalami ganggunan pendengaran. Anak yang memiliki intelegensi sedikit di bawah rata-rata (slow learner) memerlukan penjelasan dengan menggunakan berbagai metode dan berulang-ulang agar mereka dapat memahami pelajaran denga baik. Anak yang mengalami gangguan tingkah laku perlu cukup perhatian terhadap persoalan social yang dihadapinya agar dapat mengkonsentrasikan diri pada pelajaran.

Sumber: www.scribd.com/doc

Pendidikan Nak Berkebutuhan khusus Part.3

Anak berkebutuhan khusus adalah siswa (di bawah 18 tahun) yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Juga ada siswa dengan layanan pendidikan khusus, yaitu siswa yang ada di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. Anak2 termasuk memerlukan pendidikan khusus (PK) karena beberapa kondisi berikut: A. tunanetra, B tunarungu, tunawicara; C. tuna grahita ringan dan sedang; D. tuna daksa ringan n sedang; E. tunalaras, HIV, AIDS, dan narkoba; F. autism, syndrom asperger; G. tuna ganda;, H. kesulitan belajar, lambat belajar (ADHD,disgrafia, discalculia, dislexia, dispraxia);, I. gifted (IQ >125) n talented (bakat istimewa),indigo

pendidikan layanan khusus (PLK) karena:
a. daerah tbelakang/tpencil.pedalaman/pulau terluar/anak TKI
b. masyarakat etnis minoritas terpencil
c. pekerja anak/pelacur anak/trafficking/ lapas anak/ anak jalanan/ anak pemlung
d. pengungsi (gempa, konflik)

Sumber: www.mandikdasmen.depdiknas.go.id

Pendidikan Nak Berkebutuhan khusus Part.2

Hal-hal yang harus diperhatikan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif

* Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keaneka-ragaman dan menghargai perbedaan.
* Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual
* Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.
* Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
* Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.

Sumber: www.mandikdasmen.depdiknas.go.id

Pendidikan Nak Berkebutuhan khusus Part.1

Pendidikan Inklusif di Indonesia

Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut-sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya disekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik

Kenapa Pendidikan Inklusif Harus Dipromosikan dan Diterapkan

* Semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak di-diskriminasi-kan dan memperoleh pendidikan yang bermutu.
* Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya.
* Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak.
* Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.


Beberapa Kebaikan Pendidikan Inklusif

* Membangun kesadaran dan konsensus pentingnya Pendidikan Inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif.
* Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi
* semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
* Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
* Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak


Sekolah Inklusif

Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.

Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya


Pengertian Pendidikan Inklusif
Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil 1994)

Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil (Stainback, 1980)

Sumber: www.mandikdasmen.depdiknas.go.id

Ciri-ciri anak "special need"

Dengan menggungakan ciri fisik dan prilaku anak, seorang anak dideteksi apakah mengalami gangguan pendengaran gangguan atau tidak.
Ciri-ciri tersebut, antara lain : sering keluar cairan dari liang telinga, bentuk daun telinga tidak normal, sering mengeluh atau gatal di lubang telinga, kalau berbicara selalu melihat gerakan bibir lawan bicara, sering tidak bereaksi jika diajak bicara kurang keras selalu minta diulang dalam pembicaraan, dan sebagainya.
a) ANAK DENGAN KELAINAN AUTISTIK Perlunya penanganan khusus bagi anak autis termasuk perkembangan baru dalam bidang pendidikan luar biasa. Mereka umumnya dikatagorikan sebagai anak dengan gangguan tunagrahita dan karenanya penanganannya sering dijadikan satu dengan anak tunagrahita. Namun dalam perkembangan ternyata penyandang autis tidak selalu mengalami anagrahita. Oleh karena itu dipandang perlu untuk dijadikan katagori tersendiri sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar. Ciri-ciri umum anak dengan kelainan autistik antara lain adalah :
2) Sering berkata tanpa arti.
3) Sering menirukan perkataan orang lain secara spontan.
4) Tanpa mengerti apa yang dibaca.
5) Gerakan/aktivitas kaku, menonton dan berulang.
6) Sering memutar, membanting dan membariskan benda.
7) Lebih tertarik pada benda mati daripada orang.
8) Mempunyai gerakan serba cepat (hiperaktif)
9) Sering berprilaku stereotipik (diulang-ulang), aneh tanpa tujuan.
10) Minat terhadap objek tertentu secara luar biasa dan tidak lazim misal detik jam, kipas angin.
11) Kadangkala agresif (menyerang, merusak).
12) Sulit konsentrasi pada aktivitas/objek tertentu.
13) Sering sulit tidur, ngompol atau ngebrok.
14) Tidak senang/mudah marah pada perubahan (letak barang di kamar, urutan kegiatan).
15) Sering berubah emosi mendadak tanpa sebab (dari sedih kegembira, atau sebaliknya)
16) Sering terjadi ledakan tawa atau tangis tanpa sebab.

Sumber: http://www.scribd.com/doc

Anak berkebutuhan khusus (Heward), part.7

Kesulitan belajar

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep

Sumber: wikipedia

Anak berkebutuhan khusus (Heward), part.6

Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Sumber: wiklipedia

Anak berkebutuhan khusus (Heward), part.5

Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

Sumber: wikipedia

Anak berkebutuhan khusus (Heward), part.4

Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.

  1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
  2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
  3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
  4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

Sumber: wikipedia

Anak berkebutuhan khusus (Heward), part.3

Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:

  1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
  2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
  3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
  4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
  5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

Sumber: wikipedia

Anak berkebutuhan khusus (Heward), part.2

Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)

Sumber: wikiupedia

Anak berkebutuhan khusus (Heward), part.1

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

Sumber: wikipedia

Senin, 26 April 2010

anak kesulitan membaca part.2

MENGENAL GEJALA DISLEKSIA
Disleksia sebetulnya bisa dikenali dari sejumlah gejala yang diperlihatkan sang anak. Sejumlah faktor yang bisa dijadikan pedoman untuk mengenalinya, antara lain:
1. LAMBAT BICARA
Normalnya, kemampuan bahasa sudah berkembang sejak anak berusia setahun. Di usia ini biasanya anak sudah mulai bisa mengucapkan satu kata seperti ‘mam'. Dan menginjak usia 2 tahun, anak biasanya sudah bisa merangkai kata, seperti ‘mama ma-em'.

Menurut Iwan, anak disleksia umunya mengalami keterlambatan bicara sejak awal perkembangan kemampuan bahasanya. "Memang tak semua anak yang lambat bicara mengidap disleksia. Tapi, jika Anda merasa sudah memberi cukup stimulus bagi kemampuan bicaranya, sebaiknya waspadai kemungkinan anak mengidap disleksia."

2. TAK BISA MENGHAFAL HURUF
Menjelang masuk usia sekolah, tak jarang orangtua mendaftarkan Si Kecil ke pre school. Di kelas ini biasanya anak sudah mendapat pelajaran menghafalkan huruf, sebagai bekal belajar membaca di sekolah formal kelak.

Pada anak disleksia, bisa terjadi kesulitan membaca-tulis huruf tertentu, misalnya menyebut ‘t' menjadi ‘j', atau ‘b' menjadi ‘d'. Bagi mereka, huruf-huruf ini sulit dibedakan karena bentuknya yang mirip.

Atau, ketika diminta menyebut huruf A-Z, ia mampu. Tetapi, ketika dipenggal untuk menyebut dari huruf G sampai Z, ia akan bingung. Bagi mereka, huruf bersifat hafalan dari bunyi yang didengarnya. Bukan sebagai ingatan akan visualisasi dari huruf.

3. TAK BISA MENGEJA
Jika Si Kecil sulit mengenali sejumlah huruf, saat masuk sekolah formal, ia akan kesulitan mengeja. Misalnya, ketika diajak mengeja d-a-da, d-u-du, lalu diminta melafalkan d-a (yang seharusnya dibaca ‘da'), ia tak mampu. Atau, kesalahan membaca terbalik, misalnya ‘gajah' menjadi ‘jagah'.

4. SALAH MENYALIN
Seringkali ketika diminta menyalin teks, anak disleksia membuat kesalahan berulang. Dan ketika ditanya di mana letak kesalahannya, ia tak mengerti dan merasa sudah menuliskan semua abjad secara benar. Misalnya, menulis ‘badak' menjadi ‘babak'.

5. MALAS MEMBACA
Oleh karena tak mampu memroses tulisan dalam kata, anak disleksia kerap tak paham apa maksud dari bacaan yang ia dibaca. Lama-lama, ia bisa malas membaca.

TIPS HADAPI ANAK SULIT MEMBACA & MENULIS
Menghadapi anak yang kesulitan membaca dan menulis, terkadang memang sulit dipahami orangtua. "Masak, membaca begitu saja susah?", merupakan kalimat yang kerap dipendam orangtua ketika mulai jengah mengulang mengajarkan sesuatu pada Si Kecil. Jangan menyerah! Simak tips berikut:

• Bertanya Bagian Yang Sulit. Yang perlu orangtua lakukan pertama kali adalah menanyakan bagian yang sulit, apakah pada fonem (bunyi), morfem (arti), tanda baca, huruf, atau lainnya.
• Buat Istilah Unik. Jika anak kesulitan membedakan huruf atau kata, buatlah istilah unik, untuk membantu ingatan jangka panjangnya (long term memory). Misalnya ‘b', huruf yang perutnya buncit.
• Jangan Memaksa. Sejumlah anak tak bisa mengingat bacaan secara cepat. Sebaiknya, jangan memaksanya belajar. Ikuti saja kemampuannya, dan ciptakan terus suasana belajar yang menyenangkan agar ia mau membaca dan menulis.
• Latihan Menyalin dan Mengeja. Ulangi terus latihan menyalin, baik dengan cara didikte atau menyalin dari papan tulis dan tesk di lembar lain. Ajak pula anak mengeja agar ia semakin hafal urutan huruf yang membentuk kata.
• Lakukan Tes
Jika semua upaya sudah dilakukan, jangan segan memberinya tes untuk menguji sejauh mana ia mendapatkan pelajarannya.

MENGENAL GEJALA DISLEKSIA
Disleksia sebetulnya bisa dikenali dari sejumlah gejala yang diperlihatkan sang anak. Sejumlah faktor yang bisa dijadikan pedoman untuk mengenalinya, antara lain:
1. LAMBAT BICARA
Normalnya, kemampuan bahasa sudah berkembang sejak anak berusia setahun. Di usia ini biasanya anak sudah mulai bisa mengucapkan satu kata seperti ‘mam'. Dan menginjak usia 2 tahun, anak biasanya sudah bisa merangkai kata, seperti ‘mama ma-em'.

Menurut Iwan, anak disleksia umunya mengalami keterlambatan bicara sejak awal perkembangan kemampuan bahasanya. "Memang tak semua anak yang lambat bicara mengidap disleksia. Tapi, jika Anda merasa sudah memberi cukup stimulus bagi kemampuan bicaranya, sebaiknya waspadai kemungkinan anak mengidap disleksia."

2. TAK BISA MENGHAFAL HURUF
Menjelang masuk usia sekolah, tak jarang orangtua mendaftarkan Si Kecil ke pre school. Di kelas ini biasanya anak sudah mendapat pelajaran menghafalkan huruf, sebagai bekal belajar membaca di sekolah formal kelak.

Pada anak disleksia, bisa terjadi kesulitan membaca-tulis huruf tertentu, misalnya menyebut ‘t' menjadi ‘j', atau ‘b' menjadi ‘d'. Bagi mereka, huruf-huruf ini sulit dibedakan karena bentuknya yang mirip.

Atau, ketika diminta menyebut huruf A-Z, ia mampu. Tetapi, ketika dipenggal untuk menyebut dari huruf G sampai Z, ia akan bingung. Bagi mereka, huruf bersifat hafalan dari bunyi yang didengarnya. Bukan sebagai ingatan akan visualisasi dari huruf.

3. TAK BISA MENGEJA
Jika Si Kecil sulit mengenali sejumlah huruf, saat masuk sekolah formal, ia akan kesulitan mengeja. Misalnya, ketika diajak mengeja d-a-da, d-u-du, lalu diminta melafalkan d-a (yang seharusnya dibaca ‘da'), ia tak mampu. Atau, kesalahan membaca terbalik, misalnya ‘gajah' menjadi ‘jagah'.

4. SALAH MENYALIN
Seringkali ketika diminta menyalin teks, anak disleksia membuat kesalahan berulang. Dan ketika ditanya di mana letak kesalahannya, ia tak mengerti dan merasa sudah menuliskan semua abjad secara benar. Misalnya, menulis ‘badak' menjadi ‘babak'.

5. MALAS MEMBACA
Oleh karena tak mampu memroses tulisan dalam kata, anak disleksia kerap tak paham apa maksud dari bacaan yang ia dibaca. Lama-lama, ia bisa malas membaca.

TIPS HADAPI ANAK SULIT MEMBACA & MENULIS
Menghadapi anak yang kesulitan membaca dan menulis, terkadang memang sulit dipahami orangtua. "Masak, membaca begitu saja susah?", merupakan kalimat yang kerap dipendam orangtua ketika mulai jengah mengulang mengajarkan sesuatu pada Si Kecil. Jangan menyerah! Simak tips berikut:

• Bertanya Bagian Yang Sulit. Yang perlu orangtua lakukan pertama kali adalah menanyakan bagian yang sulit, apakah pada fonem (bunyi), morfem (arti), tanda baca, huruf, atau lainnya.
• Buat Istilah Unik. Jika anak kesulitan membedakan huruf atau kata, buatlah istilah unik, untuk membantu ingatan jangka panjangnya (long term memory). Misalnya ‘b', huruf yang perutnya buncit.
• Jangan Memaksa. Sejumlah anak tak bisa mengingat bacaan secara cepat. Sebaiknya, jangan memaksanya belajar. Ikuti saja kemampuannya, dan ciptakan terus suasana belajar yang menyenangkan agar ia mau membaca dan menulis.
• Latihan Menyalin dan Mengeja. Ulangi terus latihan menyalin, baik dengan cara didikte atau menyalin dari papan tulis dan tesk di lembar lain. Ajak pula anak mengeja agar ia semakin hafal urutan huruf yang membentuk kata.
• Lakukan Tes
Jika semua upaya sudah dilakukan, jangan segan memberinya tes untuk menguji sejauh mana ia mendapatkan pelajarannya.

sumber : tabloid nova

anak kesulitan membaca part.1

Buah hati tak kunjung mampu mengucapkan sepatah kata, meski sudah berusia 2 tahun? Hati-hati, bisa jadi itu tanda awal Si Kecil mengidap disleksia alias gangguan yang menyebabkan kemampuan bahasanya terganggu.

Bagi para orangtua, berhati-hatilah ketika menghadapi Si Kecil yang kesulitan belajar membaca dan menulis. Bisa jadi buah hati Anda mengidap gangguan perkembangan kemampuan linguistik (membaca dan menulis). Dan yang kerap dikaitkan dengan gangguan ini adalah disleksia atau gangguan kemampuan membaca dan menulis, yang disebabkan adanya kelainan saraf dalam otak.

Gangguan yang bisa menyebabkan seseorang sulit mengingat dan memahami abjad-abjad ini, konon banyak diidap anak-anak yang memiliki masalah belajar di sekolah. "Sebetulnya, disleksia sudah lama ditemukan sebagai salah satu gangguan belajar atau learning dissorder. Tapi, memang tak banyak orang mengenalnya sebagai disleksia," ungkap Iwan Sintera Togi Aritonang Psi, psikolog yang juga terapis di Bimbingan Remedial Terpadu (BRT), Jakarta.

Pengertian disleksia memang kurang populer di kalangan awam, sehingga banyak orangtua tak tahu jika anaknya mengidap disleksia. Buruknya lagi, karena ketidaktahuannya, banyak orangtua memilih menyelesaikan masalah belajar anak dengan cara melobi pihak sekolah agar sang anak diberi toleransi. Dengan anggapan, sang anak akan mampu beradaptasi dan mengejar ketinggalannya, seiring berjalannya waktu.

Akibatnya, masalah disleksia anak menjadi tak pernah terpecahkan. Bahkan, jika ternyata anak tak juga mampu mengejar ketertinggalannya, justru akan berkembang menjadi masalah kepercayaan diri pada sang anak kelak. Ia akan merasa rendah diri karena terlihat bodoh dihadapan teman-temannya. Lalu, prestasi akademiknya akan merosot, hingga menimbulkan penolakan terhadap tuntutan bersekolah.

"Padahal, kecerdasan anak disleksia belum tentu di bawah rata-rata. Justru kebanyakan dari mereka memiliki kecerdasan seperti orang kebanyakan. Ini hanya masalah pemrosesan bahasa dalam otaknya, bukan masalah intelegensia," ungkap pria yang juga psikolog konseling di sekolah anak berkebutuhan khusus, International Center for Special Need in Education, Jakarta.

BERSIFAT BAWAAN
Bagi anak-anak normal lainnya, membedakan huruf ‘b' dengan ‘d', mengeja dan membaca i-b-u dengan ‘ibu', menyalin tulisan, merangkai huruf dan seterusnya, bukanlah hal yang sulit ilakukan. Namun, bagi anak disleksia, hal-hal yang seharusnya mudah dilakukan (berkaitan dengan membaca dan menulis), menjadi sulit bahkan mustahil dilakukan.

Hal ini terjadi karena pengolahan unsur bahasa, seperti pengenalan huruf, merangkai huruf, bunyi huruf, dan mengeja, gagal dilakukan oleh otaknya. Akibatnya, ia lalu tak mampu mengenali tulisan menjadi bentuk pemahaman dalam memorinya. Akhirnya, ia mengalami kesulitan membaca dan menulis.

Kegagalan pemrosesan unsur bahasa ini disebabkan adanya kerusakan di dalam syaraf yang ada di dalam otaknya. Dan kerusakan ini bersifat bawaan, yang didapat anak sejak ia dilahirkan. Dengan kata lain, telah terjadi kerusakan di otak sejak perkembangan otak mulai terbentuk, atau sejak ia masih berada dalam kandungan.

Beberapa tim peneliti dari Universitas Marburg, Wurzburg, Bonn (Jerman) dan institut dari Stockholm (Swedia) menemukan, disleksia disebabkan oleh adanya gen (DCDC2) yang memengaruhi migrasi sel saraf pada otak yang sedang berkembang. Pendekatan lain berasumsi, kerusakan atau kegagalan pembentukan komposisi otak secara sempurna ini juga bisa dipengaruhi oleh kecukupan gizi semasa ibu mengandung.

"Sementara ini, penyebab pasti disleksia sifatnya masih wacana saja. Seperti halnya pada kasus autisme. Masih merupakan faktor risiko," ungkap Iwan berdasarkan pengamatannya selama ini.

Dan oleh karena perkembangan fisiologis anak lelaki lebih dominan pada kemampuan otak kiri, lanjut Iwan, secara genetis peluang kejadian disleksia akan lebih besar terjadi pada anak lelaki. Karena, disleksia adalah produk dari terjadinya ketidaknormalan pada hemister (belahan) otak kiri, yang merupakan daerah penunjang kemampuan bahasa.

KENALI DENGAN TES
Memang, tak semua kesulitan membaca dan menulis merupakan gejala disleksia. Karena, beberapa anak yang mengalami gangguan ini bisa juga disebabkan karena ia memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, atau memang memiliki gangguan konsentrasi belajar.

Namun, beberapa tes yang berkaitan dengan kemampuan bahasa bisa saja dilakukan, untuk mempertegas dugaan anak mengidap disleksia. Beberapa tes biasa dilakukan Iwan sebelum memastikan seorang anak benar-benar menderita disleksia, antara lain tes melafalkan huruf satu per satu, dari A sampai Z. Lalu, tes menulis penggalan urutan huruf, misalnya dari G sampai Z.

Ada pula tes mengisi bagian huruf yang kosong misalnya "a, b, c, ..., e, f, ..., h". Juga tes merangkai huruf dan mengeja. Serta tes menulis kata yang didiktekan, menyalin tulisan dari papan tulis atau teks dari lembar lain, dan sejumlah tes lainnya, sesuai kompetensi anak seusianya. Untuk anak yang lebih dewasa, tes dengan menggunakan tanda baca, perlu dilakukan.

Dari beberapa tes tadi, akan diketahui apakah anak bermasalah dengan visualisasi huruf, pemrosesan abjad, atau tanda baca dalam bentuk kata atau kalimat. Sehingga, bisa diketahui apakah ia positif mengidap disleksia. Selain tes tadi, psikolog pun perlu mewawancarai dan memberi tes psikologi, untuk memastikan apakah ia juga memiliki kekurangan dalam hal intelegensia.

PERLU TERAPI
Akan tetapi, para orangtua jangan merasa berkecil hati jika buah hatinya ternyata mengidap disleksia. Konon, superstar Hollywood seperti Tom Cruise, Whoopy Goldberg, dan penemu teori relativitas Albert Einstein, adalah pengidap disleksia.

Ingat, disleksia bukanlah harga mati bagi seseorang untuk memiliki masa depan yang suram.

"Disleksia mungkin akan membuat anak sulit berprestasi secara akademis karena hambatan kemampuan baca-tulis. Tapi, dengan ingatan yang kuat mereka bisa dilatih untuk menutupi kekurangannya," ungkap Iwan.

Jadi, saran Iwan, para orangtua dengan anak disleksia, segera lakukan terapi dan konseling, yang akan memetakan permasalahan kesulitan yang dimiliki sang anak. Kemudian, terapis akan menetapkan jadwal latihan membaca dan menulis. "Biasanya, dijadwalkan 1-2 kali tatap muka per minggu, dengan durasi pengajaran 1 jam setiap pertemuan.

Dan sebaiknya, orangtua perlu ikut konseling agar proses belajarnya kontinyu dan bisa dilakukan pengajaran di rumah," ungkap Iwan.

Sebab, yang dilakukan selama terapi adalah untuk mencari solusi atas masalah sang anak. Misalnya, bagi yang sulit membedakan huruf, akan dicarikan cerita lucu untuk bisa membedakan huruf. Atau, menuliskan huruf yang sulit dibaca dalam huruf kapital, serta mengajak anak menambah perbendaharaan kata. Sehingga, pada beberapa anak disleksia yang parah atau berada di level severe, terapis akan menyarankan penggunaan tape recorder sebagai pengganti catatan.

Kendati demikian, diakui Iwan, disleksia memang tak bisa disembuhkan. Namun dengan menjalani terapi rutin, kekurangan ini bisa diminimalisasi agar ia tetap bisa ‘membaca' dan menulis layaknya orang normal. "Jika orangtua sudah tahu anaknya mengidap disleksia, segera bawa ke psikolog atau terapis remedial teaching. Semakin cepat anak diterapi, semakin mudah kekurangannya diatasi," tegas Iwan.

Apalagi, jika anak sudah beranjak dewasa, tuntutan kompetensi bahasanya akan semakin kompleks. Jika dibiarkan semakin berlarut-larut, akan membuat anak semakin sulit mengejar ketertinggalannya.

sumber : tabloid nova



Minggu, 25 April 2010

Belajar hingga Negeri Belanda, Sukai Dunia Anak-Anak

TIDAK semua anak harus mengikuti proses pengembangan yang umum dilakukan oleh banyak orang ketika masih kecil Pasalnya, masih ada beberapa yang membutuhkan perhatian yang sangat ekstra karena adanya kekurangan dalam perkembangannya. Sehingga tidak dapat dilakukan dengan sembarangan dengan memadahi ataupun melarangnya berbuat sesuatu.

Hal itu menjadi salah satu dasar didirikannya sekolah pendidikan setingkat Taman Kanak Kanak yang diberi nama DKnot Meskipun begitu. berbeda dengan sekolah umum, tempat ini banyak memberikan bantuan untuk membantu meningkatkan daya tangkap dan perkembangan seorang anak. Terdapat empat ruangan yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam memberikan pendidikan. Dua ruangan digunakan sebagai kelas untuk meningkatkan kemampuan daya serap pada otak agar mampu merespon gejala yang terjadi di sekitarnya. Di sini mereka diajarkan bermain musik, bahasa, kesenian seperti melukis dan membuat benda-benda berkemampuan robotik. "Tapi kebutuhan untuk masing-masing anak berbeda kebutuhannya." jelas Andi Ridha. Kepala Sekolah dknot

Dua ruangan lainnya berfungsi sebagai ruang psikoterapi dengan berbagai macam halang lintang yang aman untuk anak-anak. Sena ruang konseling yang ditujukan kepada orang tua. di sini juga tersedia beberapa buku yang dapat dibaca oleh anak dan orang tuanya. Para pengajamya untuk sementara ini adalah para relawan yang ingin membantu menyembuhkan kelainan tersebut.Dengan menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar, setidaknya cukup berhasil agar anak-anak tersebut mampu memperhatikan. Namun, berbeda dengan sekolah-sekolah lain yang ikut membantu mengurangi kelainan mental terhadap anak. Masing-masing memiliki program sendiri agar mampu menyerap ilmu yang disampaikan. "Mulainya sama-sama nyanyi. tapi setelah itu pindah kemang berbeda." ucapnya Sekolah yang baru dibuka sejak tiga bulan lalu itu temyata mendapatkan sambutan dari banyak keluarga Miss Andi -panggilan Andi Ridha- bersama salah satu pemilik saham sudah mencoba mulai membangunnya sejak lima tahun lalu. Sebelumnya dia sempat belajar di sebuah sekolah di Belanda yang khusus mengajarkan kiat-kiat yang khusus untuk anak special need.

Keinginannya untuk bersekolah di sana selain karena belum terdapat di Indonesia untuk menjadi guru khusus anak autis. Dirinya memang memiliki ketertarikan sendiri agar dapat membantunya menuju kesembuhan agar menerima rangsangan dari luar. " Tamat dan sana, saya sempat menjadi volunteer di beberapa sekolah di sana, gurunya juga memperlihatkan langsung cara-caranya." kenangnya.Pindah ke Indonesia, wanita kelahiran 31 Desember 1954 itu langsung mengajar di sebuah sekolah umum. Namun, tugasnya tetap mengajari beberapa anak yang mendapatkan perhatian khusus dengan menjalani kurikulum yang ditetapkan. "Saya kemudian kerja di TK normal dan kalau ada anak special need maka saya yang bertugas untuk pegang." jelasnya kepada INDOPOS, kemarin.Pengalaman dari sekolah-sekolah umum tersebut membuatnya tertarik untuk terjun lebih dalam hingga bertemu dengan salah satu teman dekatnya Keduanya kemudian membahas dan merancang untuk membangun sekolah khusus anak-anak yang memiliki kelainan mental. "Dia yang memberikan status PT untuk sekolah ini." katanya tanpa menyebut nama sahabatnya.

Meskipun begitu, usai bersekolah di tempat ini pihaknya akan segera bertemu dengan kedua orang tua anak didiknya. Hal itu dilakukan agar mereka dapal memahami cara menghadapi buah hatinya tersebut selama berada di rumahnya sendiri. "Karena menurut saya peranan paling besar itu datangnya dari orang tua dan guru terbaik itu adalah keluarga." jelas ibu empat anak itu.Sejak itu. ia dengan penuh semangat menerapkan ilmu yang pernah diterimanya semasa berkuliah di Belanda sejak tahun 1989. Akan tetapi, caranya mengajar sempat mendapatkan kom-plen dari salah seorang rekanannya. " Saya malahan di komplen kaya nenek-nenek. Umpamanya anak mengikat tali sepatu, karena nggak bisa-bisa jadi di bantu, padahal sebenarnya nggak boleh. Ya namanya nurani." pungkasnya.

sumber: bataviase.co.id

Hypnotherapy series : Balada anak dengan Kebutuhan Khusus ” Special Need”

Mereka.. bagaikan daun kering yang berserakan.. ketika tidak berguna maka Mereka akan dibuang. Sesaat tampak saya yg menolongnya.. Padahal sayalah yang mereka tolong.. melalui deritanya.. mereka menolong saya agar meyakinkan diri, untuk berbuat “lebih” supaya mereka tidak sekedar menjadi daun kering yang terlupakan.. Yaa Robb.. Bimbinglah hamba..
Inilah yang saya rasakan, ketika saya menerima sebuah surat pendek yang indah, ditulis tangan di atas sobekan kertas buku tulis.. oleh seorang anak perempuan berumur 9 tahun.. anak dengan “kebutuhan khusus” kategori slow learner yang sangat pendiam, yang merasa dirinya ditolak oleh lingkungannya.. bahkan oleh salah satu orangtuanya.. serangkaian kisah sedih diutarakan olehnya, bahkan jujur sayapun sempat meneteskan airmata ketika sedang raport building dengannya.. dia, tidak mengharapkan sesuatu yang mewah, tidak juga sesuatu yang berlebihan, dia hanya ingin diterima oleh teman teman sebayanya, oleh keluarganya, dia hanya ingin dihargai.. walau dia dalam mengerjakan sesuatu tidak memberikan hasil yang “sempurna”.. dia.. sangat perasa.. kerap kali perasaannya hancur ketika dirinya dimarahi.. selama ini dia mengharapkan orang yang bisa bertutur lembut kepadanya.. yang bisa menghargai dirinya apa adanya..
Ada sepenggal kisah yang sangat mengusik perasaan saya.. yaitu ketika waktunya dia belajar.. dia tidak tidak bisa konsentrasi.. dia selalu menoleh kekiri atau kekanan.. ketika saya tanya: “kamu melihat apa?” dia menjawab: ” aku melihat **** (salah satu orang tuanya)” .. “oohh.. memang **** sedang apa?” balas saya.. “**** sedang main sama adek..” jawabnya, dan sayapun melihat matanya memerah dan lambat laun airmatanya pun bergulir jatuh dari kedua sudut matanya.. lalu menundukan wajahnya.. “Hhmm.. sebenernya kamu juga ingin main bersama **** dan adek ya?” menunduknya pun semakin dalam.. dan spontan ada sesuatu yang langsung menghantam kalbu saya.. begitu keras.. dan tidak terasa air mata sayapun ikut mengalir jatuh.. Andai saja, kedua orangtuanya bisa menyaksikan cerita anaknya, mungkin mereka akan tersentak dan sadar betapa mereka selama ini telah mengabaikan seorang anak yang istimewa.. sampai saat ini saya menulis artikel ini mata saya masih berkaca kaca bila mengingat saat itu..
Adalah kebanggaan tersendiri bagi saya saat dia memberikan surat ungkapan terimakasih kira kira dua jam setelah selesai therapy.. saya begitu terkejut.. dan saya menyadari.. bahwa diluar sana masih banyak anak2 yang diabaikan oleh orang tuanya hanya karena anak tersebut memiliki “kebutuhan khusus” anak ini membuat saya tersadar bahwa saya sebagai hypnotherapy bisa berbuat lebih bagi mereka.. anak anak yang memiliki “kebutuhan khusus” dan “anak yang ditolak oleh keluarganya” .. dalam hati saya: ” nak.. kamulah sesungguhnya yang membantu saya…”
Beruntung beberapa hari sebelumnya saya mendapatkan tekhnik yang “sederhana tapi canggih” dari mas Antonius Arif dan diberikan masukan yang “luar biasa” dari mas Teddi Prasetya Yuliawan.. sehingga hanya dalam waktu 15 MENIT SAJA, saya bisa membantu klien istimewa saya untuk bisa keluar dari penjara sedih, marah, dan murung.. tidak ada perasaan lain yang sangat luar biasa yang mampu menandingi saat ya bisa melihat dia tersenyum.. bahkan tertawa.. dan diapun selalu tersenyum sejak keluar dari ruangan kepala sekolah, sampai tiba waktunya dia pulang kerumah..

sumber: www.mind-reprogramming.com

Jumat, 23 April 2010

Kecemerlangan Dibalik Kekurangan Anak

Menemukan Kecemerlangan Dibalik Kekurangan Anak


Helen Adams Keller, lahir pada 27 Juni 1880 di suatu desa kecil di Nothwest Alabama, AS. Ia dilahirkan secara normal dengan penglihatan dan pendengaran baik. Pada usia 19 bulan tiba-tiba Hellen jatuh sakit, penyakitnya yang diduga meningitis (namun sampai saat ini penyakit persisnya masih misterius) itu, menyebabkannya kehilangan fungsi penglihatan dan pendengaran. Ia menjadi seorang anak buta, tuli, tumbuh sebagai anak yang sulit, dan temper tantrum.

Di bawah penanganan tepat dari gurunya, Anne Sulivan, yang juga memiliki cacat penglihatan jarak dekat, kekurangan-kekurangan Keller dapat teratasi. Ia dengan sangat mudah menangkap pelajaran yang diberikan, dan perkembangan kemajuan Keller yang sangat luar biasa menjadi buah bibir masyarakat. Ia dikenal sebagai penemu huruf Braille, metode membaca untuk orang buta. Hellen Keller adalah satu contoh konkrit anak cacat yang berbakat (handicapped gifted).

Apa yang dimaksud dengan handicapped gifted?
Sesuai dengan arti katanya, handicapped gifted adalah seseorang yang cacat sekaligus berbakat mempunyai talenta yang luar biasa. Minat pakar psikologi dalam pengembangan anak cacat yang berbakat baru berkembang awal tahun 1970. Melalui analisis biografi ditemukan mereka yang tergolong sebagai handicapped gifted memiliki satu persamaan determinan dalam kesuksesan mereka, yaitu motivasi untuk sukses.

Bagaimana mengenali handicapped gifted?
Menurut Whitmore dan Marker (1985) tidak mudah, setidaknya ada empat hambatan, yaitu:

  1. Adanya stereotip pengharapan dari masyarakat pada anak cacat sebagai orang yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata.
  2. Adanya perkembangan yang tertunda dalam daerah verbal, sehingga anak cacat yang memiliki kemampuan intelektual tinggi tidak terdeteksi, mengingat tes yang digunakan bersifat lisan.
  3. Informasi yang tidak lengkap tentang anak, sehingga yang terlihat justru kekuatan anak dalam bidang nonakademik.
  4. Tidak adanya kesempatan untuk membuktikan adanya kemampuan yang superior pada anak. Karena tugas-tugas yang diberikan dalam bentuk lisan dan untuk pendidikan khusus.

Pengukuran intelektual nonverbal dan tes modifikasi perilaku perlu dilakukan agar orangtua ataupun guru dapat sedini mungkin menemukan anak yang cacat, namun tergolong berbakat. Identifikasi memang tidak mudah, karena biasanya yang akan langsung terlihat menonjol adalah kecacatan anak. Namun, bagi guru yang memiliki kemampuan memahami karakteristik anak berbakat, akan dapat dengan mudah mengenali siswa yang tergolong anak berbakat.

Untuk memastikan potensi keberbakatan yang dimiliki siswa tidak ada cara terbaik selain pemeriksaan psikologik. Hasil pengamatan orangtua, guru maupun orang sekitarnya akan diperkuat dugaannya oleh psikolog. Hal ini disebabkan karena psikolog memiliki metode dan instrumen untuk menggali potensi kecerdasan dan bakat individu. Sekolah mutu baik senantiasa memiliki seorang psikolog sekolah (school psychologist).

Apa yang dilakukan sekolah jika ternyata anak tergolong sebagai anak berbakat? Tidak ada cara terbaik selain memberikan anak Individualized Education Program (IEP) yang akan membawa anak kepada pendidikan khusus sesuai kebutuhan dirinya. Program pendidikan individual dibuat oleh tim yang mendapat masukan-masukan dari guru maupun orangtua berdasarkan kekuatan-keunggulan (strengths) yang dimiliki anak.

Tim yang terdiri dari mereka yang memiliki latar belakang pendidikan khusus, dan guru anak berbakat akan bekerjasama membuat perencanaan dan pelaksanaan IEP tersebut. Anak-anak dengan kecacatan penglihatan, pendengaran, ataupun fisik, namun sekaligus tergolong anak berbakat dapat menggunakan kekuatan intelektualnya untuk mempelajari keterampilan-keterampilan lain yang dapat mengkompensasi kekurangan dirinya.

Anak berbakat dengan kesulitan belajar (learning disabilities/LD) atau gangguan perilaku (behavior disorders) yang memiliki kecerdasan tinggi dibantu untuk dapat memecahkan masalah atau strategi metakognitif dalam tugas-tugas akademik dan tugas sosial, Sehingga mereka dapat sukses di sekolah. Anak dengan kategori kesulitan belajar (LD) dapat digolongkan dalam handicapped gifted.

Biasanya penyebabnya tidak diketahui, dan penyembuhannya sampai saat ini masih terus dikembangkan agar anak dapat dengan sukses mengikuti pendidikan di sekolah. Secara umum biasanya pendekatan pendidikan bagi anak berbakat yang tergolong LD ini melalui analisis tugas-tugas akademik untuk melihat keunggulan dan kelemahannya. Siswa banyak membutuhkan keterampilan mengorganisasi, seperti manajemen waktu, mencatat, merekam pelajaran, sekuens topik-topik pelajaran, keterampilan dasar menulis, dan lain sebagainya.

Program Remedial
Pada pendidikan khusus yang konvensional, fokus utama terletak pada program remedial, daripada pengembangan sebagai kompensasi untuk keunggulan siswa. Guru-guru anak berbakat dapat memberikan instruksi tambahan dengan menggunakan keunggulan-keunggulan anak. Ini untuk menangkap minat-minat anak dan memotivasi mereka agar dapat mengikuti pelajaran yang lebih tinggi (advanced study) dan persistensi dalam tugasnya. Sedangkan pelayanan pekerja sosial dapat membantu anak di rumah untuk meningkatkan harga dirinya.

Akhirnya, guru anak berbakat dapat menyediakan layanan pendidikan pengayaan maupun percepatan belajar untuk membuat belajar lebih menantang dan menarik anak. Intinya dalam pendidikan anak cacat berbakat, guru memusatkan perhatian pada keunggulan diri anak dan memberikan layanan yang sesuai sebagai hadiah atas kemampuannya yang tinggi.


sumber: www.inspiredkidsmagazine.com