Jumat, 26 Februari 2010

Contoh kasus ADHD

Rida berusia 7 tahun. Saat ini dia duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Orang tuanya seringkali mendapatkan masukan dan laporan dari gurunya bahwa dia seringkali jalan-jalan di kelas. Rida lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada pekerjaan sekolahnya. 

Orang tuanya pun mengakui bahwa di rumah pun Rida seperti itu. Seringkali Rida berganti-ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya, bermain bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih pada permainan yang lain. 

Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasinya di sekolah. Rida seringkali sulit dikontrol. Dia sering mengabaikan apa yang Mamanya perintahkan.

Kasus yang dialami Rida hanyalah salah satu kasus yang terjadi pada anak-anak lainnya. Kadangkala sebagai orang dewasa, jika kita memperhatikan seorang anak yang berganti-ganti aktivitas, kita memiliki asumsi bahwa anak itu mengalami kebosanan. 

Namun, perlu diperhatikan lebih seksama lagi, apakah anak itu memang bosan atau ada hal lain yang terjadi padanya. Ketidakmampuan anak untuk menaruh perhatian terhadap berbagai aktivitas tentunya dapat menghambat perkembangan akademik dan perkembangan sosial anak. 

Hal ini dapat terjadi karena dia tidak dapat menyelesaikan tugas dengan penuh perhatian dan proses belajar yang terganggu. Oleh sebab itu sangat penting jika orang tua maupun pendidik dapat melakukan deteksi atau mengetahui lebih awal yang terjadi pada anak sehingga dapat dilakukan penanganan dengan tepat. 

Pada kasus Rida dan yang akan kita bicarakan lebih jauh merupakan sebuah ilustrasi mengenai Gangguan Pemusatan Perhatian atau Attention Deficit/ Hiperactivity (ADHD).  

ADHD adalah sebuah gangguan dengan karakteristik adanya gejala kurang perhatian yang diikuti dengan hiperaktivitas maupun tidak (Monastra, 2005). 

Seperti dijelaskan Wenar (1994) dalam bukunya Developmental Psychopatology, terdapat karakteristik utama dari ADHD. Antara lain adalah kurang perhatian, impulsif dan hiperaktif.

Penyabab:

*Kurang perhatian

Anak-anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian atau ADHD mengalami kesulitan untuk menaruh perhatian secara terus menerus dalam menyelesaikan tugas atau dalam aktivitas bermain. 

Seperti yang terjadi pada Rida, dia kesulitan menaruh perhatian pada aktivitasnya bahkan ketika sedang bermain. Kurang perhatian seringkali berkaitan dengan rendahnya performansi sekolah karena anak membutuhkan waktu untuk berkonsentrasi dan menyerap informasi sebaik menaruh perhatian yang cukup panjang untuk melengkapi tugas tanpa adanya gangguan. Kondisi dimana anak mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugasnya membuat mereka menjadi frustrasi dan tertekan. 

*Impulsif

Dalam arti khususnya, impulsif adalah bertindak tanpa ada pertimbangan tertentu. Ketika dihadapkan pada tugas yang kompleks, misalnya ketika tiba-tiba dalam pikiran mereka terdapat sebuah ide atau solusi tertentu, mereka tidak melakukan pertimbangan apapun apakah ide/pemikiran/perilaku mereka baik ataupun yang pantas. 

Mereka mengatakan sesuatu tanpa dipikirkan sehingga kadangkala memberikan jawaban yang tidak benar saat di kelas atau mereka mengalami kesulitan ambil bagian dalam sebuah permainan. 

Hal ini terjadi karena mereka mengalami kesulitan untuk mengatur reaksi diri terhadap rangsangan dari luar. Sangat sulit sekali jika kita melarang mereka untuk berhenti dari impulsivitasnya karena anak-anak dengan ADHD mengalami kesulitan untuk berhenti melihat, mendengar bahkan berpikir. 


*Hiperaktif

Terdapat berbagai dasar tentang hiperaktif. Yaitu anak-anak dengan ADHD lebih aktif dari pada anak-anak normal dalam waktu 24 jam bahkan saat tidur sekalipun. 

Mereka menunjukkan kegelisahan yang sangat besar dalam berbagai tugas sehingga mereka memperlihatkan gerakan-gerakan yang tidak relevan, tidak bertahan di tempat duduk mereka, bahkan selalu tidak bisa duduk dengan tenang seperti anak-anak yang lainnya.  


Gejala ADHD 

Menurut America Psychiatric Asociation, gejala ADHD meliputi; Kurang perhatian, tidak dapat mengikuti instruksi dengan baik, menghindari tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang terus-menerus, mudah terganggu, pelupa, gelisah, berpindah tempat duduk, berlari-lari atau memanjat sesuatu, berbicara yang berlebihan, kesulitan jika harus menunggu, sering menyela orang lain, dan lain sebagainya (Kearney, 2006)  

Gejala ADHD biasanya terdeteksi di bawah usia 7 tahun dan perlu diketahui bersama bahwa gangguan ini tidak hilang dimakan usia. Artinya, bahwa hambatan ini akan dialami oleh seseorang sepanjang hidupnya. 

Ketika mengetahui bahwa anak kita mengalami ADHD, dukungan dari keluarga adalah yang terpenting. Kondisi ini kadang kala membuat anak menjadi frustrasi karena karena kadangkala mereka sendiri tidak tahu apa sebenarnya terjadi. 

Banyak orang tua yang lari dari fakta bahwa anak mereka mengalami ADHD. Tapi tidak ada yang bisa disembunyikan karena perilaku yang sangat kentara. Misalnya dengan perilaku yang tidak relevan sepeti naik meja, tidak duduk dengan tenang seringkali muncul komentar dari orang lain, “Kenapa orang tuanya tidak mengajari anak itu cara berperilaku yang baik?” 

Kadangkala mereka mendapat sebutan seperti anak nakal, troublemaker atau berbagai sebutan yang sangat merusak konsep diri. Hal yang berat bagi orang tua ketika harus berbagi dengan orang lain bahwa anak mereka mengalami ADHD, namun dengan berbagi informasi dengan orang lain terutama orang terdekat dalam hidup si anak, misalnya saudara kandung, guru atau anggota keluarga lainnya, anak akan mendapatkan dukungan yang jauh lebih besar dan ini bisa membantu perkembangan mereka menuju arah yang lebih baik. 
Sumber : KabarIndonesia

ADHD lagi... (part. 1)

Anak dengan gangguan ADHD sangat sulit memusatkan perhatian karena kurangnya dopamin yang berfungsi untuk mengatur kontrol diri dan konsentrasi. Akibatnya, materi pelajaran yang disampaikan guru banyak yang terlewat begitu saja. Sampai saat ini belum diketahui penyebabnya mengapa transporter dopamin yang ada dalam otak menjadi lebih sensitif sehingga pada anak dengan gangguan ADHD produksi dopamin justru terserap kembali. Beberapa ahli menduga hal ini karena kelainan neurobiologi dan genetik, kelainan metabolik, kerusakan otak (brain injury) pada masa prenatal dan perinatal.

Ciri-ciri ADHD

Anak dengan gangguan ADHD sudah bisa terdeteksi sejak bayi, dengan beberapa ciri yang khas, hiperaktif, tidur lebih sebentar, sulit memusatkan perhatian dan sebagainya. Jadi, gangguan ini tidak muncul tiba-tiba di usia prasekolah/sekolah. Kalaupun orangtua merasa sudah terlewat mendeteksi di usia sebelumnya, berikut ciri-ciri yang harus diwaspadai:

  • Rentang perhatian sempit.
    Anak-anak ini mempunyai rentang perhatian yang sempit dan mudah teralih, daya ingat yang buruk (lupa mengerjakan PR, sering kehilangan barang karena lupa, bermasalah dengan janji yang dibuat sendiri), sulit mempelajari hal baru terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat, mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu.
  • Hiperaktif
    Tak bisa duduk diam saat makan maupun di kelas, selalu bergerak dan berlarian, menyentuh benda-benda yang ada di sekitarnya, membuat kegaduhan dengan alat-alat tulis yang sedang dipegangnya, terlihat "sok tahu" saat membicarakan sesuatu sementara ia sendiri tak mengerjakan apa yang dibicarakannya itu.
  • Tantrum
    Memiliki problem emosi seperti mudah marah dengan sebab yang tidak jelas, mudah tersinggung, pemurung, tak acuh, dan suka mengasingkan diri dari lingkungan, impulsif (bertindak sebelum berpikir), kekanak-kanakan (perilaku tak sesuai dengan usianya), dan keras kepala.
  • Membuat kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca, misalnya huruf b dibaca d, kata roda dibaca dora, serta minimnya penguasaan jumlah kata.
  • Lambat mempelajari hubungan antara huruf dan bunyi.
  • Kesulitan mempelajari huruf, angka, tanda-tanda dalam matematika (-, x, +), nama-nama hari dalam seminggu.
  • Tidak menyukai permainan pasel.
  • Tidak menyukai pelajaran menggambar dan prakarya.
  • Lambat dan tak bisa mengerjakan beberapa tugas yang diberikan sekaligus.
  • Buruk dalam hal perencanaan.
  • Disfungsi motorik, seperti sulit memegang alat tulis, gunting, gangguan motorik halus dan koordinasi.

Sumber : tabloid-nakita

Hypnoterapi => meningkatkan konsentrasi anak

Hipnoterapi biasa digunakan untuk membantu melepaskan beban anak. Jika pikiran sudah lega, maka belajar pun menjadi lebih konsentrasi dan fokus. Manfaat hipnoterapi sendiri sudah dirasakan oleh beberepa anak yang mengikuti hipnoterapi. Setelah mengikuti hipnoterapi, nilai dan aktivitas anak di sekolah megalami kenaikan. Beberapa anak menyatakan, setelah di-hipnoterapi, mereka merasa lebih percaya diridan fokus dalam belajar.

Hipnoterapi tidak boleh dilakukan lebih dari lima hari. Selain itu, hanya dapat dilakukan bagi mereka yang tidak mengalami gangguan fungsi organ otak. Hipnoterapi juga bisa dicoba oleh orangtua di rumah, sebelum tidur, orangtua membelai tulang punggu sang anak. Ketika anak sudah tidak bergerak (tidur), itu adalah momen menancapkan sugesti yang kita inginkan. Kalimat sugesti yang bisa kita ucapkan seperti kamu yang rajin, kamu akan mendapat nilai yang baik, kamu akan berhasil, dan yang perlu diperhatikan, hindari kata-kata negatif, seperti jangan. Karena, menurut penelitian, otak manusia lebih cepat myerap kata-kata negatif.


Sumber : liputan6

meningkatkan konsentrasi anak

Cara belajar "Mid Brain" (otak tengah)

Untuk memahami fenomena ini, kita perlu terlebih dahulu dijelaskan oleh para ahli teknologi ilmiah komputer Amerika serta ahli dari Asosiasi Spesialis Komputer Inggris (MACP) dan juga Pelatih dan Pelaksana Senior Sertifikasi Program Bahasa Internasional, melakukan penelitian lebih dari sepuluh tahun, mereka berhasil menggunakan teknologi komputer untuk membangkitkan fungsi potensial dari otak manusia. Penelitian ini dikhususkan untuk memperhatikan fungsi dari mid-brain terletak ditengah-tengah otak kiri dan otak kanan.

Midbrain berfngsi sebagai jembatan antara otak kiri dengan otak kanan; dalam kondisi tertidur, interbrain manusia tidak dapat berkembang secara maksimal. Oleh karenanya, fungsi interaktif antara otak kiri dan otak kanan mengalami keterbatasan.

Apabila otak kanan yang lebih dominan (Right Brain Dominant EQ), maka anak lebih menonjol dalam bidang kreatifitas, intuisi dan seni. Sedangkan jika dominan otak kiri (Left Brain Dominant EQ), maka kemampuan anak lebih menonjol pada logika, kalkulasi matematika, membaca, menulis dan analisa. Otak tengah merupakan jembatan penghubung antara otak kiri dan kanan, jika otak tengah sudah aktif (Midbrain Dominant), maka konsentrasi dan memori anak lebih meningkat.

Saat ini, banyak ahli meneliti bagaimana membantu keseimbangan operasional otak kanan dan otak kiri. Dari penelitian selama 25 tahun terakhir, terdapat 15 orang yang memperoleh hadiah Nobel dari penelitian terhadap daya otak. Dalam pelatihan dilakukan berbagai pelajaran yang berbeda; seperti mental-aritmatik, pengembangan seluruh otak dan lain sebagainya. Yang mana beberapa hal tersebut merupakan hasil dari penelitian. Tujuannya semua adalah untuk membantu menyeimbangkan penggunaan otak kanan dan otak kiri serta menggali potensi daya otak; yang mana hasilnya berbeda-beda.

Sebuah penemuan yang baru adalah metode yang berbeda dengan lainnya. Berdasarkan ilmu psikologi yang luar biasa, teknik kegeniusan mutakhir, neurolinguistik, ilmu komunikasi, ilmu tingkah laku dan lain sebagainya serta menggunakan teknologi komputer ilmiah mutakhir, dalam waktu yang sangat pendek yaitu satu setengah hari, dapat berhasil mengaktifkan midbrain anak-anak. Hal ini merupakan sebuah prestasi yang dikagumi oleh orang-orang di luar dan di dalam negeri dan juga merupakan kehormatan bagi umat manusia modern.

Setelah midbrain diaktifkan, daya ingat mereka dapat meningkat, daya konsentrasi membaik; daya kreasi bertambah, gerakan kinetik juga menjadi lebih baik, hormon menjadi seimbang, serta emosi menjadi stabil dan lain sebagainya. Aktivasi ini sangat jelas terlihat hasilnya bagi anak hiperaktif maupun anak dengan daya ingat yang lemah. Berdasarkan penjelasan para ahli, setelah midbrain diaktifkan, midbrain akan dapat mengeluarkan gelombang otak untuk merasakan dan bereaksi terhadap benda-benda diluar. Dapat dikatakan juga bahwa dengan menutup mata, masih dapat mengenai benda-benda, huruf, warna dan lain sebagainya. Jadi, dengan pelajaran dan pelatihan selama satu setengah hari, akan dapat membantu anak “melihat” dengan menutup mata.


Laporan menyebutkan bahwa setelah bayi lahir, lebih cerdas serta lebih cepat belajar dibanding dengan bayi lainnya. Letak perbedaannya adalah bayi yang telah tumbuh sekarang telah menjadi anak-anak; jadi, musik atau suara yang digunakan perlu lebih kuat beberapa
kali dari musik Mozart.

Bila ingin membantu anak mengembangkan fungsi midbrain, peranan orangtua tidak boleh diabaikan. Midbrain memerlukan perasaan aman dan landasan kepercayaan diri dalam mengaktifkan dan mengembangkannya. Perasaan aman dan percaya diri dalam diri anak berasal dari perlakuan ayah dan ibunya. Dari segi bahasa, ayah dan ibu menentukan kata-kata anak; hasil yang dicapai juga jauh lebih efektif daripada banyak perkataan yang diucapkan oleh orang lain.

sumber: aktivasiotaktengah-gmc

Kamis, 25 Februari 2010

Penanganan ADHD..??

Ada dua cara untuk menangani ADHD, yaitu pharmacological dan nonpharmacological.

Penanganan Pharmacological diterapkan tergantung hasil diagnosa dokter dan psikolog. Umumnya dokter memberikan oabat-obatan pada anak-anak. Pada saat pertama pengobatan, biasanya dokter memberikan dosis yang rendah, perlahan-lahan akan menaikkan dosisnya. Selama masa pengobatan orang tua disarankan selalu berhubungan dengan dokter. Dampak obat terhadap anak sendiri bermacam-macam, seperti penurunan berat badan, perubahan selera makan, sulit tidur malamadn cenderung mengalami kepanikan. Proses pengobatan ini bisa berlangsung selama beberapa minggu atau bulan.

Beberapa terapi yang biasa diberikan:
  • Terapi Obat-obatan, terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendelai, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert, buspar, clonidine.
  • Terapi nutrisi dan diet, keseimbangan diet karbohidrat protrein
  • Terapi biomedis, suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino
Cara pengobatan yang keua nonpharmacological, adalah alternatif pengobatan tanpa obat-obatan, seperti pendidikan khusus, terapi perilaku dan psikoterapi seluruh keluarga. Hingga saat ini, acra pengobatan nonpharmacological masih diteliti, bagaimana dampak penanganan alternatif ini dalam mengembangkan disiplin dan rasa tanggung jawab pada anak yang mengidapADHD.

Sumber: conectique

Rabu, 24 Februari 2010

Apa sih ADHD...???

ADHD(Attention Deficit Hypercactivity Disorder)
Gangguan Perkembangan Perilaku dan hiperaktifitas


ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan perilaku anak yang berlebihan dan tidak lazim yang ditandai dengan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan konsentrasi(in attention), berbuat dan berbicara tanpa memikirkan akibat(impulsif) dan hiperaktif yang tidak sesuai dengan umurnya.

ADHD adalah suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidakberesan kecil di otak), Minimal Brain Damage (kerusakan kecil pada otak),Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/aktif) dan Hyperactif (hiperaktif).

Kejadian ADHD di seluruh dunia bisa mencapai 3-5% dan kebanyakan penderita ADHD adalah laki-laki.

Beberapa ahli menyatakan bahwa faktor yang sangat berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik.Selainitu gejala ADHD juga dikaitkan dengan lingkungan nonshared (nongenetic), termasuk alkohol dan asap rokok selama kehamilan. Rokok yang mengandung nikotin bisa menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen)untuk janin dalam kandungan Namun ada teori lain yang mengasumsikan konsumsi gula atau zat aditif yang berlebihan sebagai penyebab ADHD.Selain itu asupan gizi, hormonal dan disfungsi metabolism bisa menjadi penyebab ADHD.

Gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak bayi,seperti sensitive suara dan cahaya, menangis dan suka menjerit dan sulit tidur.Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak suka digendong, bahkan seringkali membenturkan kepala dan sering marah yang berlebihan (temper tentrum).Gejala yang sering terlihat pada anak yang lebih besar, sulit berkonsentrasi(rentang konsentrasi pendek), sangat aktif dan selalu bergerak, impulsif, cenderung penakut dan terlihat tidak percaya diri. Pada beberapa anak terlihat sangat cerdas, namun prestasi belajar tidak prima.

Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku anak, yaitu:
  • Inatensi (kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian)
  • Hiperaktif (perilaku yang tidk bisa diam)
  • Impulsive (kesulitan untuk menunda respon/dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak sabar)
Sumber: Yahoo