Orang tuanya pun mengakui bahwa di rumah pun Rida seperti itu. Seringkali Rida berganti-ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya, bermain bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih pada permainan yang lain.
Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasinya di sekolah. Rida seringkali sulit dikontrol. Dia sering mengabaikan apa yang Mamanya perintahkan.
Kasus yang dialami Rida hanyalah salah satu kasus yang terjadi pada anak-anak lainnya. Kadangkala sebagai orang dewasa, jika kita memperhatikan seorang anak yang berganti-ganti aktivitas, kita memiliki asumsi bahwa anak itu mengalami kebosanan.
Namun, perlu diperhatikan lebih seksama lagi, apakah anak itu memang bosan atau ada hal lain yang terjadi padanya. Ketidakmampuan anak untuk menaruh perhatian terhadap berbagai aktivitas tentunya dapat menghambat perkembangan akademik dan perkembangan sosial anak.
Hal ini dapat terjadi karena dia tidak dapat menyelesaikan tugas dengan penuh perhatian dan proses belajar yang terganggu. Oleh sebab itu sangat penting jika orang tua maupun pendidik dapat melakukan deteksi atau mengetahui lebih awal yang terjadi pada anak sehingga dapat dilakukan penanganan dengan tepat.
Pada kasus Rida dan yang akan kita bicarakan lebih jauh merupakan sebuah ilustrasi mengenai Gangguan Pemusatan Perhatian atau Attention Deficit/ Hiperactivity (ADHD).
ADHD adalah sebuah gangguan dengan karakteristik adanya gejala kurang perhatian yang diikuti dengan hiperaktivitas maupun tidak (Monastra, 2005).
Seperti dijelaskan Wenar (1994) dalam bukunya Developmental Psychopatology, terdapat karakteristik utama dari ADHD. Antara lain adalah kurang perhatian, impulsif dan hiperaktif.
Penyabab:
*Kurang perhatian
Anak-anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian atau ADHD mengalami kesulitan untuk menaruh perhatian secara terus menerus dalam menyelesaikan tugas atau dalam aktivitas bermain.
*Impulsif
Dalam arti khususnya, impulsif adalah bertindak tanpa ada pertimbangan tertentu. Ketika dihadapkan pada tugas yang kompleks, misalnya ketika tiba-tiba dalam pikiran mereka terdapat sebuah ide atau solusi tertentu, mereka tidak melakukan pertimbangan apapun apakah ide/pemikiran/perilaku mereka baik ataupun yang pantas.
Mereka mengatakan sesuatu tanpa dipikirkan sehingga kadangkala memberikan jawaban yang tidak benar saat di kelas atau mereka mengalami kesulitan ambil bagian dalam sebuah permainan.
Hal ini terjadi karena mereka mengalami kesulitan untuk mengatur reaksi diri terhadap rangsangan dari luar. Sangat sulit sekali jika kita melarang mereka untuk berhenti dari impulsivitasnya karena anak-anak dengan ADHD mengalami kesulitan untuk berhenti melihat, mendengar bahkan berpikir.
*Hiperaktif
Terdapat berbagai dasar tentang hiperaktif. Yaitu anak-anak dengan ADHD lebih aktif dari pada anak-anak normal dalam waktu 24 jam bahkan saat tidur sekalipun.
Mereka menunjukkan kegelisahan yang sangat besar dalam berbagai tugas sehingga mereka memperlihatkan gerakan-gerakan yang tidak relevan, tidak bertahan di tempat duduk mereka, bahkan selalu tidak bisa duduk dengan tenang seperti anak-anak yang lainnya.
Gejala ADHD
Menurut America Psychiatric Asociation, gejala ADHD meliputi; Kurang perhatian, tidak dapat mengikuti instruksi dengan baik, menghindari tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang terus-menerus, mudah terganggu, pelupa, gelisah, berpindah tempat duduk, berlari-lari atau memanjat sesuatu, berbicara yang berlebihan, kesulitan jika harus menunggu, sering menyela orang lain, dan lain sebagainya (Kearney, 2006)
Gejala ADHD biasanya terdeteksi di bawah usia 7 tahun dan perlu diketahui bersama bahwa gangguan ini tidak hilang dimakan usia. Artinya, bahwa hambatan ini akan dialami oleh seseorang sepanjang hidupnya.
Ketika mengetahui bahwa anak kita mengalami ADHD, dukungan dari keluarga adalah yang terpenting. Kondisi ini kadang kala membuat anak menjadi frustrasi karena karena kadangkala mereka sendiri tidak tahu apa sebenarnya terjadi.
Banyak orang tua yang lari dari fakta bahwa anak mereka mengalami ADHD. Tapi tidak ada yang bisa disembunyikan karena perilaku yang sangat kentara. Misalnya dengan perilaku yang tidak relevan sepeti naik meja, tidak duduk dengan tenang seringkali muncul komentar dari orang lain, “Kenapa orang tuanya tidak mengajari anak itu cara berperilaku yang baik?”
Kadangkala mereka mendapat sebutan seperti anak nakal, troublemaker atau berbagai sebutan yang sangat merusak konsep diri. Hal yang berat bagi orang tua ketika harus berbagi dengan orang lain bahwa anak mereka mengalami ADHD, namun dengan berbagi informasi dengan orang lain terutama orang terdekat dalam hidup si anak, misalnya saudara kandung, guru atau anggota keluarga lainnya, anak akan mendapatkan dukungan yang jauh lebih besar dan ini bisa membantu perkembangan mereka menuju arah yang lebih baik.