MENGENAL GEJALA DISLEKSIA
Disleksia sebetulnya bisa dikenali dari sejumlah gejala yang diperlihatkan sang anak. Sejumlah faktor yang bisa dijadikan pedoman untuk mengenalinya, antara lain:
1. LAMBAT BICARA
Normalnya, kemampuan bahasa sudah berkembang sejak anak berusia setahun. Di usia ini biasanya anak sudah mulai bisa mengucapkan satu kata seperti ‘mam'. Dan menginjak usia 2 tahun, anak biasanya sudah bisa merangkai kata, seperti ‘mama ma-em'.
Menurut Iwan, anak disleksia umunya mengalami keterlambatan bicara sejak awal perkembangan kemampuan bahasanya. "Memang tak semua anak yang lambat bicara mengidap disleksia. Tapi, jika Anda merasa sudah memberi cukup stimulus bagi kemampuan bicaranya, sebaiknya waspadai kemungkinan anak mengidap disleksia."
2. TAK BISA MENGHAFAL HURUF
Menjelang masuk usia sekolah, tak jarang orangtua mendaftarkan Si Kecil ke pre school. Di kelas ini biasanya anak sudah mendapat pelajaran menghafalkan huruf, sebagai bekal belajar membaca di sekolah formal kelak.
Pada anak disleksia, bisa terjadi kesulitan membaca-tulis huruf tertentu, misalnya menyebut ‘t' menjadi ‘j', atau ‘b' menjadi ‘d'. Bagi mereka, huruf-huruf ini sulit dibedakan karena bentuknya yang mirip.
Atau, ketika diminta menyebut huruf A-Z, ia mampu. Tetapi, ketika dipenggal untuk menyebut dari huruf G sampai Z, ia akan bingung. Bagi mereka, huruf bersifat hafalan dari bunyi yang didengarnya. Bukan sebagai ingatan akan visualisasi dari huruf.
3. TAK BISA MENGEJA
Jika Si Kecil sulit mengenali sejumlah huruf, saat masuk sekolah formal, ia akan kesulitan mengeja. Misalnya, ketika diajak mengeja d-a-da, d-u-du, lalu diminta melafalkan d-a (yang seharusnya dibaca ‘da'), ia tak mampu. Atau, kesalahan membaca terbalik, misalnya ‘gajah' menjadi ‘jagah'.
4. SALAH MENYALIN
Seringkali ketika diminta menyalin teks, anak disleksia membuat kesalahan berulang. Dan ketika ditanya di mana letak kesalahannya, ia tak mengerti dan merasa sudah menuliskan semua abjad secara benar. Misalnya, menulis ‘badak' menjadi ‘babak'.
5. MALAS MEMBACA
Oleh karena tak mampu memroses tulisan dalam kata, anak disleksia kerap tak paham apa maksud dari bacaan yang ia dibaca. Lama-lama, ia bisa malas membaca.
TIPS HADAPI ANAK SULIT MEMBACA & MENULIS
Menghadapi anak yang kesulitan membaca dan menulis, terkadang memang sulit dipahami orangtua. "Masak, membaca begitu saja susah?", merupakan kalimat yang kerap dipendam orangtua ketika mulai jengah mengulang mengajarkan sesuatu pada Si Kecil. Jangan menyerah! Simak tips berikut:
• Bertanya Bagian Yang Sulit. Yang perlu orangtua lakukan pertama kali adalah menanyakan bagian yang sulit, apakah pada fonem (bunyi), morfem (arti), tanda baca, huruf, atau lainnya.
• Buat Istilah Unik. Jika anak kesulitan membedakan huruf atau kata, buatlah istilah unik, untuk membantu ingatan jangka panjangnya (long term memory). Misalnya ‘b', huruf yang perutnya buncit.
• Jangan Memaksa. Sejumlah anak tak bisa mengingat bacaan secara cepat. Sebaiknya, jangan memaksanya belajar. Ikuti saja kemampuannya, dan ciptakan terus suasana belajar yang menyenangkan agar ia mau membaca dan menulis.
• Latihan Menyalin dan Mengeja. Ulangi terus latihan menyalin, baik dengan cara didikte atau menyalin dari papan tulis dan tesk di lembar lain. Ajak pula anak mengeja agar ia semakin hafal urutan huruf yang membentuk kata.
• Lakukan Tes
Jika semua upaya sudah dilakukan, jangan segan memberinya tes untuk menguji sejauh mana ia mendapatkan pelajarannya.
MENGENAL GEJALA DISLEKSIA
Disleksia sebetulnya bisa dikenali dari sejumlah gejala yang diperlihatkan sang anak. Sejumlah faktor yang bisa dijadikan pedoman untuk mengenalinya, antara lain:
1. LAMBAT BICARA
Normalnya, kemampuan bahasa sudah berkembang sejak anak berusia setahun. Di usia ini biasanya anak sudah mulai bisa mengucapkan satu kata seperti ‘mam'. Dan menginjak usia 2 tahun, anak biasanya sudah bisa merangkai kata, seperti ‘mama ma-em'.
Menurut Iwan, anak disleksia umunya mengalami keterlambatan bicara sejak awal perkembangan kemampuan bahasanya. "Memang tak semua anak yang lambat bicara mengidap disleksia. Tapi, jika Anda merasa sudah memberi cukup stimulus bagi kemampuan bicaranya, sebaiknya waspadai kemungkinan anak mengidap disleksia."
2. TAK BISA MENGHAFAL HURUF
Menjelang masuk usia sekolah, tak jarang orangtua mendaftarkan Si Kecil ke pre school. Di kelas ini biasanya anak sudah mendapat pelajaran menghafalkan huruf, sebagai bekal belajar membaca di sekolah formal kelak.
Pada anak disleksia, bisa terjadi kesulitan membaca-tulis huruf tertentu, misalnya menyebut ‘t' menjadi ‘j', atau ‘b' menjadi ‘d'. Bagi mereka, huruf-huruf ini sulit dibedakan karena bentuknya yang mirip.
Atau, ketika diminta menyebut huruf A-Z, ia mampu. Tetapi, ketika dipenggal untuk menyebut dari huruf G sampai Z, ia akan bingung. Bagi mereka, huruf bersifat hafalan dari bunyi yang didengarnya. Bukan sebagai ingatan akan visualisasi dari huruf.
3. TAK BISA MENGEJA
Jika Si Kecil sulit mengenali sejumlah huruf, saat masuk sekolah formal, ia akan kesulitan mengeja. Misalnya, ketika diajak mengeja d-a-da, d-u-du, lalu diminta melafalkan d-a (yang seharusnya dibaca ‘da'), ia tak mampu. Atau, kesalahan membaca terbalik, misalnya ‘gajah' menjadi ‘jagah'.
4. SALAH MENYALIN
Seringkali ketika diminta menyalin teks, anak disleksia membuat kesalahan berulang. Dan ketika ditanya di mana letak kesalahannya, ia tak mengerti dan merasa sudah menuliskan semua abjad secara benar. Misalnya, menulis ‘badak' menjadi ‘babak'.
5. MALAS MEMBACA
Oleh karena tak mampu memroses tulisan dalam kata, anak disleksia kerap tak paham apa maksud dari bacaan yang ia dibaca. Lama-lama, ia bisa malas membaca.
TIPS HADAPI ANAK SULIT MEMBACA & MENULIS
Menghadapi anak yang kesulitan membaca dan menulis, terkadang memang sulit dipahami orangtua. "Masak, membaca begitu saja susah?", merupakan kalimat yang kerap dipendam orangtua ketika mulai jengah mengulang mengajarkan sesuatu pada Si Kecil. Jangan menyerah! Simak tips berikut:
• Bertanya Bagian Yang Sulit. Yang perlu orangtua lakukan pertama kali adalah menanyakan bagian yang sulit, apakah pada fonem (bunyi), morfem (arti), tanda baca, huruf, atau lainnya.
• Buat Istilah Unik. Jika anak kesulitan membedakan huruf atau kata, buatlah istilah unik, untuk membantu ingatan jangka panjangnya (long term memory). Misalnya ‘b', huruf yang perutnya buncit.
• Jangan Memaksa. Sejumlah anak tak bisa mengingat bacaan secara cepat. Sebaiknya, jangan memaksanya belajar. Ikuti saja kemampuannya, dan ciptakan terus suasana belajar yang menyenangkan agar ia mau membaca dan menulis.
• Latihan Menyalin dan Mengeja. Ulangi terus latihan menyalin, baik dengan cara didikte atau menyalin dari papan tulis dan tesk di lembar lain. Ajak pula anak mengeja agar ia semakin hafal urutan huruf yang membentuk kata.
• Lakukan Tes
Jika semua upaya sudah dilakukan, jangan segan memberinya tes untuk menguji sejauh mana ia mendapatkan pelajarannya.
sumber : tabloid nova