TIDAK semua anak harus mengikuti proses pengembangan yang umum dilakukan oleh banyak orang ketika masih kecil Pasalnya, masih ada beberapa yang membutuhkan perhatian yang sangat ekstra karena adanya kekurangan dalam perkembangannya. Sehingga tidak dapat dilakukan dengan sembarangan dengan memadahi ataupun melarangnya berbuat sesuatu.
Hal itu menjadi salah satu dasar didirikannya sekolah pendidikan setingkat Taman Kanak Kanak yang diberi nama DKnot Meskipun begitu. berbeda dengan sekolah umum, tempat ini banyak memberikan bantuan untuk membantu meningkatkan daya tangkap dan perkembangan seorang anak. Terdapat empat ruangan yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam memberikan pendidikan. Dua ruangan digunakan sebagai kelas untuk meningkatkan kemampuan daya serap pada otak agar mampu merespon gejala yang terjadi di sekitarnya. Di sini mereka diajarkan bermain musik, bahasa, kesenian seperti melukis dan membuat benda-benda berkemampuan robotik. "Tapi kebutuhan untuk masing-masing anak berbeda kebutuhannya." jelas Andi Ridha. Kepala Sekolah dknot
Dua ruangan lainnya berfungsi sebagai ruang psikoterapi dengan berbagai macam halang lintang yang aman untuk anak-anak. Sena ruang konseling yang ditujukan kepada orang tua. di sini juga tersedia beberapa buku yang dapat dibaca oleh anak dan orang tuanya. Para pengajamya untuk sementara ini adalah para relawan yang ingin membantu menyembuhkan kelainan tersebut.Dengan menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar, setidaknya cukup berhasil agar anak-anak tersebut mampu memperhatikan. Namun, berbeda dengan sekolah-sekolah lain yang ikut membantu mengurangi kelainan mental terhadap anak. Masing-masing memiliki program sendiri agar mampu menyerap ilmu yang disampaikan. "Mulainya sama-sama nyanyi. tapi setelah itu pindah kemang berbeda." ucapnya Sekolah yang baru dibuka sejak tiga bulan lalu itu temyata mendapatkan sambutan dari banyak keluarga Miss Andi -panggilan Andi Ridha- bersama salah satu pemilik saham sudah mencoba mulai membangunnya sejak lima tahun lalu. Sebelumnya dia sempat belajar di sebuah sekolah di Belanda yang khusus mengajarkan kiat-kiat yang khusus untuk anak special need.
Keinginannya untuk bersekolah di sana selain karena belum terdapat di Indonesia untuk menjadi guru khusus anak autis. Dirinya memang memiliki ketertarikan sendiri agar dapat membantunya menuju kesembuhan agar menerima rangsangan dari luar. " Tamat dan sana, saya sempat menjadi volunteer di beberapa sekolah di sana, gurunya juga memperlihatkan langsung cara-caranya." kenangnya.Pindah ke Indonesia, wanita kelahiran 31 Desember 1954 itu langsung mengajar di sebuah sekolah umum. Namun, tugasnya tetap mengajari beberapa anak yang mendapatkan perhatian khusus dengan menjalani kurikulum yang ditetapkan. "Saya kemudian kerja di TK normal dan kalau ada anak special need maka saya yang bertugas untuk pegang." jelasnya kepada INDOPOS, kemarin.Pengalaman dari sekolah-sekolah umum tersebut membuatnya tertarik untuk terjun lebih dalam hingga bertemu dengan salah satu teman dekatnya Keduanya kemudian membahas dan merancang untuk membangun sekolah khusus anak-anak yang memiliki kelainan mental. "Dia yang memberikan status PT untuk sekolah ini." katanya tanpa menyebut nama sahabatnya.
Meskipun begitu, usai bersekolah di tempat ini pihaknya akan segera bertemu dengan kedua orang tua anak didiknya. Hal itu dilakukan agar mereka dapal memahami cara menghadapi buah hatinya tersebut selama berada di rumahnya sendiri. "Karena menurut saya peranan paling besar itu datangnya dari orang tua dan guru terbaik itu adalah keluarga." jelas ibu empat anak itu.Sejak itu. ia dengan penuh semangat menerapkan ilmu yang pernah diterimanya semasa berkuliah di Belanda sejak tahun 1989. Akan tetapi, caranya mengajar sempat mendapatkan kom-plen dari salah seorang rekanannya. " Saya malahan di komplen kaya nenek-nenek. Umpamanya anak mengikat tali sepatu, karena nggak bisa-bisa jadi di bantu, padahal sebenarnya nggak boleh. Ya namanya nurani." pungkasnya.
sumber: bataviase.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar